BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak
berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya,
Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan
dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi
pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka
dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka.
Demikian pula
di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah
yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke
kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum
saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN
No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat
tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang
kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya
kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut
dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan
pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa
yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas
pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal
sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anak
Berbakat
Sebelum kita membahas tentang Pengertian dan definisi mengenai anak
berbakat, alangkah lebih baiknya kita ketahui terlebih dahulu tengtang defenisi
pembelajaran. Adapun pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berikir,
yang diperoleh melalui pengalaman. Perlu kita ketahui, bahwasanya tidak semua
yang kita tahu itu diperoleh dari belajar. Kita mewarisi beberapa
kamampuan-kemampuan itu ada sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak
harus di ajari untuk menelan makanan, berteriak atau berkedipsaat silau.
Tetapi, kebanyakan perilaku manusia
tidak di wariskan begitu saja.[2] Dan adapun defenisi tentang anak berbakat sangat beragam,
Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan pandangan masyarakat terhadap
keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.
Definisi versi Amerika
Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya
dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh
Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki
skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat. Sekitar tahun 1950
pengertian tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat
berusaha memberikan pengertian yang lebih luas tentang anak
berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted
dan talented) ialah mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar
biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah. Adapun definisi yang digunakan
dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun
1981, yang dimaksud dengan anak berbakat ialah berikut ini:
Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi
dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan
atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan
atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap
kemampuan berkembang secara penuh.
Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar
maka Clark mengemukakan definisi
keberbakatan sebagai berikut.
Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis,
suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang
maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi pengindraan,
emosi, kognisi, dan intuisi. Fungsi yang maju dan cepat tersebut
mungkin diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan yang melibatkan kognisi,
kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni rupa dan seni
pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini individu berbakat
menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan inteligensia pada taraf
tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan perkembangan tersebut, individu
memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar
kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne
adalah sebagai berikut: Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara
jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih rendah
(domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan penampilan (performance)
yang secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih
bidang aktivitas manusia.
2.
Definisi versi Indonesia
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti
dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and
talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak
berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu
mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.
Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang,
meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan
bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa,
agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap
diri sendiri.
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat
merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat
perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang
sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat
yang underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat,
(c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya
akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan
pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak
berbakat adalah “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa”. Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual,
sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual.
Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini
meliputi (a) kemampuan intelektual umum dan akademik khusus, (b) berpikir
kreatif-produktif, (c) psikososial/ kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e)
psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak
rata-rata/normal baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual
sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. Moh. Amin
menyimpulkan bahwa keberbakatan merupakan istilah yang berdimensi banyak.
Keberbakatan bukan semata-mata karena seseorang memiliki inteligensia tinggi
melainkan ditentukan oleh banyak faktor.[3]
B. Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat
Kehadiran anak
berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika
potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk
berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh
karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat,
antara lain sebagai berikut.
a.
Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan
potensi
anak berbakat. Apabila kepedulian
ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya
anak berbakat berada di bawah potensi kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan
oleh Moh. Amin dengan mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah menyerukan agar
anak-anak berbakat dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan
menjadi pemimpin dalam segala bidang.
b.
Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha
pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta
pengembangan aset bangsa karena anak-berbakat ini dapat menjadi penopang dan
pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara
optimal.
c.
Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya
dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mewujudkan
lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat.
Anak-anak berbakat memiliki perspektif masa depan yang jauh berbeda dengan
orang lain.
d.
Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat
secara nyata (rill) melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak
berbakat itu sendiri.
C. MENDIDIK ANAK
BERBAKAT
Anak berbakat yang tidakl merasa tertantang dapat
mengganggu, tidak naik kelas dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Bahkan
terkadang anak-anak itu suka membolos, pasif dan apatis terhadap sekolah. Ada
empat opsipen program pembelajaran untuk anak berbakat Kelas khusus. Secara historis, ini adalah cara yang lazim untuk
mendidik anak berbakat. Kelas khusus selama masa sekolah regular dinamakan
program “pull out” . beberapa kelas
khusus diselenggarakan setelah kelas regular, atau dimasa liburan. Akselerasi dan pengayaan di kelas ruguler Program
mentor dan pelatihan. Beberapa pakar percaya ini adalah cara penting yang
jarang dipakai untuk memotivasi, menantang dan mendidik anak berbakat secara
efektif. Kerja/studi dan/ program pelayanan
masyarakat.
Reformasi
pendidikan telah melahirkan banyak setrategi dikelas umum, strategi yang dahulu
merupakan program untuk kelas khusus. Strategi ini antaralain penekanan pada
pembelajaran berbasis problem, menyuruh anak melakukan proyek, menciptakan
portopolio, dan pemikiran kritis. Beberapa sekolah juga menyelenggarakan
belajar pulang sekolah pada hari sabtu atau memberi pelatihan, kerja/studi,
atau program pelayanan masyarakat. Jadi, disediakan serangkaian kesempatan di
dalam dan diluar sekolah.[4]
D. PROGRAM PENGAYAAN
Program
pengayaan ini adalah program yang memberi murid kesempatan untuk mendapatkan
pembelajaran yang tidak didapatkan di kurikulum umum. Kesempatan pengayaan
dapat disediakan di kelas regular, melalui jam tambahan khusus, melalui guru
khusus pendidikan anak berbakat, melalui setudi independen, sepulang sekolah,
pada hari sbtu atau pada musim panas, dan melalui pelatihan/magang, atau
melalui program kerja/ studi lainnya.
Salah
satu tipe program pengayaan adalah mengembangkan keterampilan untuk berpikir secara
krits dan kreatif, dan member mereka kesempatan untuk memilih sendiri bidang
studinya. Anak yang akan dimasukan dalam program semacam ini akan dipilih berdasarkan
banyak keriteria, termasuk criteria kreativitas dan komitmen.
Evaluasi
riset terhadap program akselerasi dan pengayaan belummengungkapkan pendekatan
mana yang terbaik. Beberapa peneliti telah menemukan bukti yang mendukung
program akselerasi, walaupun para pengkritik mengatakan ada problemdalam loncat
kelas, yakni anak akan berada bersama anak
lain yang secara fisik lebih besar dan berbeda secara sosioemosional. Peneliti
lain menemukan bukti yang mendudkung program pengayaan.
E. Permasalahan Anak
Berbakat
Orang
tua yang mempunyai anak berbakat baik
yang telah didiagnosis oleh ahlinya maupun yang terdeteksi oleh para
orang tua sendiri, mempunyai permasalahan tersendiri. Dan masalah yang muncul
terutama mengenai emosi sang anak, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.
Agar lebih jelas dalama menjawab pertanyaan peserta seminar berkaitan dengan
masalah ini, ibu Julia telah melengkapi dengan sebuah tabel yang menampilkan
faktor-faktor kuat yang bisa menjadi masalah emosional seorang anak berbakat.
Salah
satu contoh kasus yang dikemukakan oleh seorang bapak di mana putrinya adalah
seorang anak berbakat namun mempunyai masalah emosional baik di sekolah maupun
di lingkungan rumah. Putrid, usia tujuh setengah tahun dan duduk di kelas
F. Program pendidikan untuk anak berbakat
Virget
S. ward menjelaskan bahwa pendidikan bagi anak-anak yang berbakat perlu
perhatian yang saksama. Dia mengajukan argumentasi sebagai berikut : Persepsi
demokrasi menghendaki pemberian kesempatan yang luas bagi anak dan pemuda
berbakat dengan potensinya yang melebihi anak-anak normal agar dia dapat
berkembang lebih baik.
Keberhasilan
pendidikan bagi anak-anak dan pemuda yang berbakat memberikan dukungan dan
sumbangan terhadap masyarakat.
Selama
ini system pendidikan kita (terutama di sekolah-sekolah) kurang memperhatikan
pendidikan bagi anak-anak yang berbakat ini. Ketidakpedulian ini dapat dianggap
sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan.
Selanjutnya
virget menyatakan bahwa :
1. Diperlukan program khusus untuk anak yang
berbakat
2. Dibutuhkan teori tentang pengalaman
pendidikan, mana praktek pendidikan yang berhasil dan mana praktek pendidikan
yang gagal untuk anak-anak yang berbakat.[5]
G. Masalah yang mungkin
dapat terjadi akibat factor kuat anak berbakat
Faktor
kuat:
1. Mudah
menerima
2. /mengingat
informasi
3. Rasa
ingin tahu tinggi; mencari yang bermakna
4. Motivasi
dari dalam
5. Senag
menyelesaikan masalah; dapat membuat konsep, abstaksi dan sintesis
6. Mencari
hubungan sebab akibat
7. Kosakatanya
banyak; informasinya luas dan mendalam
8. Harapan
tinggi akan diri sendiri dan orang lain
9. Kreatif/banyak
akal; senang menggunakan caranya sendiri
10. Konsentrasinya
intensif; mencurahkan perhatian yang sanagt besar dan sulit dibelokkan padahl
yang diminati
11. Sensitive,
empati; i
12. ngin diterima oleh orang lain
13. Energik,
semanagt tinggi, serta sangat ulet
14. Independen,
memilih bekerja sendidri; bertumpuk pada diri sendiri
15. Bermacam
–macam minat dan kemampuan; berubah-ubah
16. Rasa
humor tinggi
Kemungkinan
masalah
1. Tidak
sabaran; tidak menyukai latihan dasar
2. Bertanya
yang tidak-tidak/memalukan; minatnya berlebihan
3. Kemauan
tinggi; tidak suka campur tangan dengan orang lain
4. Tidak
suka hal-hal rutin; mempertanyakan cara pengajaran
5. Tidak
menyukai hal yang tidak jelas dan logis, misalnya tradisi dan perasan
6. Khawatir
sekali akan masalah kemanusiaan
7. Membuat
peraturan rumit; tambil boss
8. Memanipulasi
menggunakan bahasa; bosan dengan teman sekolah dan sebayanhya
9. Tidak
toleransi, perfeksionis, bisa menjadi depresi
10. Dianggap
mengganggu dan di luar “jalur”
11. Lupa
kewajiban dan orang lain saat sedang konsentrasi; tidak suka disela/diganggu;
keras kepala
12. Sensitive
terhadap kritik atau penolakan dari sebayanya
13. Frustasi
karena tidak ada kegiatan; tampak seperti hiperaktif
14. Menolak
dari masukan dari orang tua dan sebayanya, tidak bisa kompromi
15. Tampil
tidak terorganisasi dan berantakan; frustasi karena kekurangan waktu
16. Sebagianya
dapat salah menangkap humornya; mencari perhatian di kelas dengan melawak[6]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Anak
berbakat ialah mereka yang diidentifikasikan
oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol,
sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program
sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun
terhadap masyarakat. Ke dalam kelompok anak berbakat kita golongkan mereka yang
memiliki kemampuan intelektual yang unggul. Dengan keunggulan ini ini mereka
memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi tinggi dan menonjol di
bidang pekerjaan.
Untuk
keberhasilan tersebut ditentukan oleh kemampuan intelektualnya, tingkat
kemampuan yang dimilikinya, dan tingkat keterampilan yang dikuasainya untuk
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya itu di dalam bidang pekerjaan.
Pengertian keberbakatan telah demikian berkembang dan kriterianya sudah lebih
multidimensional daripada sekedar inteligensi (umum, atau “g faktor”)
inteligensi quotien hanya salah satu kriteria keberbakatan. Dengan perluasan
kriteria ini , dalam melakukan identifikasi terhadap keberbakatan harus
menggunakan beragam teknik dan alat ukur. Idealnya semua kriteria tersebut
harus dideteksi dengan menggunakan beragam teknik dan prosedur, karena menurut
berbagai studi, tidak semua dari faktorfaktor
itu berkorelasi satu sama lain.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Santrock
Jhon W.Psikologi Pendidikan, edisi kedua, kencana, Jakarta, 2011
Dr.
Oemar Hamalik, Psikologi belajar dan mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung,
2010
Harjaningrum
Agnes Tri dkk, peranan orang tua dan praktisi dalam membantu tumbuh kembang
anak berbakat melalui pemahaman teori dan tren pendidikan, prenada, Jakarta ,
2007
http//anak
berbakat.com, diambil pada tgl 13, pukul 19.30 wib
[1]
http//pendidikan anak berbakat dan luar biasa.com, diambil pada tgl 13 pukul
19.30 WIB
[2]
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, edisi kedua, kencana, Jakarta, 2011,
hal : 265
[3]
http//anak berbakat.com, diambil pada tgl 13, pukul 19.30 WIB
[4]
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, edisi kedua, kencana, Jakarta, 2011,
hal : 251-154
[5]
Dr. Oemar Hamalik, Psikologi belajar dan mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2010, hal: 137- 138
[6]
Agnes Tri Harjaningrum dkk, peranan orang tua dan praktisi dalam membantu
tumbuh kembang anak berbakat melalui pemahaman teori dan tren pendidikan,
prenada, Jakarta , 2007 , hal: 18-19
Agen Judi Online
Agen Judi
Agen Judi Terpercaya
Agen Bola
Bandar Judi
Bandar Bola
Agen SBOBET
Agen Casino
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen Asia77
Agen Bola Tangkas
Prediksi Skor
Prediksi GALATASARAY VS LOKOMOTIV ASTANA 9 Desember 2015
Prediksi Pertandingan REAL MADRID VS MALMOFF 9 Desember 2015
Prediksi PARIS SAINT GERMAIN VS SHAKHTAR DONETSK 9/12/2015